Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Hai Sobat PAIS FOUNDATION apa kabar? Semoga kita semua dalam keadaan sehat paripurna aamiin…
Sobat, Bayangkan saat kita lagi asik joged di atas panggung bersama biduan, lagi menenggak minuman keras, lagi berzina, lagi berjudi, lagi nyanyi ditempat karaoke, lagi mencuri, lagi berbuat syirik kemudian ajal kita tiba-tiba datang.
Maka sungguh sangat mengerikan sekali bila hal itu terjadi, dimana kita meninggal dalam keadaan yang buruk sedang berbuat dosa dan maksiat.
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يبعث كل عبد على ما مات عليه
“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan kondisi ketika dia mati.” (HR. Muslim)
Siapa yang mati dalam ketaatan, dia akan dibangkitkan sebagai hamba yang taat.
Dan siapa yang mati dalam kemaksiatan, dia akan dibangkitkan sebagai ahli maksiat.
Karena itu saudaraku mari kita renungkan, kita semua tahu bahwasanya kematian datang tiba-tiba, tidak peduli dengan kondisi seorang hamba apakah dalam keadaan taat kepada Allah atau dalam keadaan sedang bermaksiat.
Maka mari kita isi setiap langkah kita dengan kebaikan dan hari-hari yang kita jalani terus berusaha istiqomah dalam ketaatan, sebab bisa jadi pada saat kita bermaksiat dan pada saat itu pulalah ajal kita tiba. Na’udzubillah min dzalik.
“Ya Allah aku meminta kepada-MU husnul khotimah”
Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.”
📚(Al Jawabul Kaafi, hal. 87)
Perkataan ‘Ali radhiyallahu ‘anhu di sini selaras dengan firman Allah Ta’ala,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.”
📚(Al Jawabul Kaafi, hal. 87)
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan, “Tidaklah disandarkan suatu kejelekan (kerusakan) melainkan pada dosa karena semua musibah, itu semua disebabkan karena dosa.”
📚(Latho’if Ma’arif, hal. 75)
Oleh karena itu, sudah sepatutnya setiap hamba merenungkan hal ini. Ketahuilah bahwa setiap musibah yang menimpa kita dan datang menghampiri negeri ini, itu semua disebabkan karena dosa dan maksiat yang kita perbuat. Betapa banyak kesyirikan merajalela di mana-mana, dengan bentuk tradisi ngalap berkah, memajang jimat untuk memperlancar bisnis dan karir, mendatangi kubur para wali untuk dijadikan perantara dalam berdoa. Juga kaum muslimin tidak bisa lepas dari tradisi yang membudaya yang berbau agama, namun sebenarnya tidak ada tuntunan sama sekali dari Nabi. Juga masih gemar dengan shalawatan yang berbau syirik semacam shalawat nariyah.
Dan para ulama telah sepakat -sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qoyyim- bahwa meninggalkan shalat termasuk dosa besar yang lebih besar dari dosa besar yang lainnya yaitu lebih besar dari dosa berzina, berjudi dan minum minuman keras. Na’udzu billah min dzalik. Begitu juga perzinaan dan perselingkuhan semakin merajalela di akhir-akhir zaman ini. Itulah berbagai dosa dan maksiat yang seringkali diterjang. Itu semua mengakibatkan berbagai nikmat lenyap dan musibah tidak kunjung hilang.
Agar berbagai nikmat tidak lenyap, agar terlepas dari berbagai bencana dan musibah yang tidak kunjung hilang, hendaklah setiap hamba memperbanyak taubat yang nashuh (yang sesungguhnya). Karena dengan beralih kepada ketaatan dan amal sholeh, musibah tersebut akan hilang dan berbagai nikmat pun akan datang menghampiri.
Allah Ta’ala berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمْ وَأَنَّ اللّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni’mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri , dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al Anfaal: 53)
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar Ro’du: 11)
Dengan artikel ini semoga dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat untuk kita semua aamiin…