Sejarah Hadroh : Seni Islami yang Penuh Makna
Hadroh merupakan salah satu bentuk seni musik tradisional Islami yang populer di kalangan umat Muslim, khususnya di wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hadroh sering digunakan sebagai media untuk memuji Allah dan Nabi Muhammad SAW melalui syair-syair religius. Berikut ini adalah sejarah singkat tentang asal-usul dan perkembangan hadroh.
Asal-Usul Hadroh
Kata “hadroh” berasal dari bahasa Arab حَضْرَة (hadrah), yang berarti “kehadiran”. Dalam konteks spiritual, hadroh melambangkan kehadiran ilahi atau suasana keberkahan. Hadroh awalnya merupakan tradisi musik yang berkembang di Timur Tengah sebagai bagian dari ritual keagamaan.
Alat musik utama dalam hadroh adalah rebana, sebuah alat perkusi yang telah dikenal sejak zaman pra-Islam. Rebana dianggap sebagai instrumen penting dalam perayaan dan kegiatan spiritual di wilayah Arab. Nabi Muhammad SAW sendiri diketahui menghargai seni musik Islami, seperti terlihat dalam riwayat yang menyebutkan bahwa para wanita Ansar menyambut kedatangannya di Madinah dengan nyanyian dan tabuhan rebana.
Perkembangan Hadroh
Seiring dengan penyebaran Islam, seni hadroh ikut tersebar ke berbagai wilayah dunia. Berikut adalah perjalanan perkembangan hadroh:
Timur Tengah
Di Timur Tengah, hadroh sering digunakan dalam perayaan Maulid Nabi dan kegiatan zikir. Selain rebana, di beberapa negara juga digunakan alat musik lain seperti daf dan tabl.
Asia Selatan
Di India dan Pakistan, tradisi serupa dikenal sebagai qawwali, yang menggabungkan nyanyian pujian kepada Allah dengan tabuhan alat musik tradisional.
Asia Tenggara
Di Indonesia, hadroh berkembang pesat bersamaan dengan masuknya Islam pada abad ke-13 melalui para pedagang dan ulama dari Timur Tengah dan Gujarat. Seni hadroh kemudian menjadi bagian dari dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo, khususnya dalam kegiatan syiar Islam di Pulau Jawa.
Ciri Khas Hadroh di Indonesia
Di Indonesia, hadroh memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari versi Timur Tengah:
Alat Musik
Alat utama adalah rebana, tetapi sering kali dilengkapi dengan alat lain seperti bass rebana, keprak, dan marawis.
Syair
Syair yang dinyanyikan biasanya dalam bahasa Arab atau campuran dengan bahasa daerah. Salah satu kitab yang sering menjadi rujukan adalah Simtudduror, karya Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi.
Fungsi Sosial
Hadroh sering dimainkan dalam acara-acara keagamaan seperti Maulid Nabi, pernikahan, tahlilan, dan kegiatan pengajian.
Nilai-Nilai dalam Hadroh
Hadroh tidak hanya sebatas seni musik, tetapi juga sarana untuk menanamkan nilai-nilai religius. Melalui lantunan syair yang penuh makna, hadroh mengajarkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, persaudaraan, serta pengingat untuk selalu hidup dalam kebaikan.
Kesimpulan
Hadroh adalah salah satu warisan seni Islami yang telah melewati perjalanan panjang sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga menyebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai bagian dari budaya Islam, hadroh tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media dakwah yang menyatukan umat melalui lantunan pujian dan doa. Dengan terus dilestarikan, hadroh menjadi simbol kekayaan budaya dan spiritual yang tak ternilai.