Bersedekah dan Ikhlas
Ikhlas bukanlah suatu perkara yang mudah. Begitu sulitnya bagi kita untuk mencapai level hati tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa hampir tak ada manusia yang benar – benar dapat menjangkaunya. Namun, bukan berarti kita tidak dapat melatih diri untuk mencoba memahami arti ikhlas.
Terkait hal ini, salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan membiasakan diri bersedekah.
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah [2] : 264)
Ayat di atas menjelaskan tentang salah satu hal yang dapat kita pelajari dari sedekah. Sedekah memungkinkan kita untuk memberikan sebagian harta pada orang yang membutuhkan.
Ada pahala tersendiri bagi siapa saja yang mampu melakukannya baik secara terang – terangan maupun sembunyi – sembunyi. Ketika sedekah dilakukan secara terang – terangan memungkinkan orang lain untuk jadi terinspirasi pada hal baik. Namun di sisi lain, kita juga berpeluang untuk menjadi riya’.
Dalam kondisi inilah kita ditantang untuk melatih keikhlasan hati. Hati yang mencapai level tersebut akan berusaha untuk tidak berbangga terhadap penilaian yang diberikan orang lain pada perbuatan baik yang kita lakukan.
Sejatinya, hal ini memang sulit untuk dilakukan mengingat telah banyak akses yang bisa kita tempuh untuk menjadi sumber sifat riya’, sebut saja media sosial. Namun, tentu Allah akan memberikan pahala luar biasa bagi hamba- Nya yang mampu mencapai level ikhlas tersebut.
Baca juga : Apa Saja Manfaat Sedekah Dari Sisi Psikologis?